Dosen dari Program Studi Teknik Industri Universitas Medan Area (UMA) melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan mendukung pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memproduksi kerupuk lipat di Desa Sentis, Kecamatan Percut Sei Tuan. Berdasarkan data yang diperoleh, ditemukan bahwa tingkat kerusakan mutu kerupuk mencapai 21% setiap bulan, yang berdampak pada penurunan pendapatan pelaku usaha.
“Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan penyuluhan kepada para pengusaha agar dapat meningkatkan kualitas produk mereka. Harapannya, penjualan kerupuk dapat meningkat serta mengurangi jumlah produk yang mengalami kerusakan dengan menerapkan metode Taguchi,” ujar Haniza, ketua tim pengabdian, di Medan, Rabu (8/1). Tim pengabdian ini juga terdiri dari para dosen, yaitu Nukhe Andri Silviana, Nos Sutrisno, Sirmas Munte, dan Lorena Nainggolan.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa kualitas kerupuk, terutama dalam hal rasa, daya tahan, dan kerenyahan, dapat ditingkatkan melalui tiga tahapan utama. Tahapan tersebut meliputi proses pengeringan selama 7 jam (A1), pemanggangan optimal selama 13 menit (B1), dan penggorengan yang ideal selama 2 menit (C2).
Eksperimen ini terbukti mampu meningkatkan kualitas kerupuk sesuai dengan preferensi konsumen, serta diharapkan dapat membantu pemulihan dan peningkatan penjualan yang sebelumnya mengalami penurunan.
“Meskipun kerupuk merupakan produk makanan yang banyak diminati, banyak konsumen mengeluhkan penurunan kualitasnya, yang menyebabkan sejumlah produk dikembalikan ke produsen. Keluhan yang sering muncul berkaitan dengan rasa, daya tahan, dan kerenyahan, dengan angka pengaduan mencapai hampir 21% setiap bulannya. Secara rinci, terdapat 858 keluhan mengenai rasa, 800 keluhan terkait daya tahan, dan 786 keluhan mengenai kerenyahan. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan inovasi dalam proses produksi kerupuk lipat untuk mengatasi keluhan tersebut. Berikut ini adalah persentase berbagai keluhan konsumen terhadap kualitas produk serta jumlah kerupuk yang tidak layak konsumsi dan harus dibuang,” jelasnya.